Baner deklarasi FPL Oleh : Minhadzul Abidin Pemanfaatan sumber daya yang tidak mengacu pada prinsip keberlanjutan dan mengabaikan asas pele...
![]() |
| Baner deklarasi FPL |
Oleh : Minhadzul Abidin
Pemanfaatan sumber daya yang tidak mengacu pada prinsip keberlanjutan dan mengabaikan asas pelestarian menjadi ancaman serius. Aktivitas manusia pada akhirnya akan menghasilkan pencemaran dan berdampak pada kerusakan sumber daya hayati laut. Sumber pencemaran bersumber dari pembangunan kawasan pemukiman, pertambangan, pelayaran, industri perikanan, budidaya. Penyebab kerusakan sumber daya hayati laut juga akibat dari penangkapan ikan yang berlebihan. Laju penangkapan ikan yang berlebihan mengakibatkan stok populasi ikan menurun. Kehidupan nelayan akan mengalami kerugian akibat sumber daya ikan yang makin berkurang. Berkurangnya sumber pendapatan ekonomi akan mengakibatkan nelayan mencari ikan di wilayah lain. Sumber daya yang makin berkurang itu membuat nelayan memilih jalan singkat menangkap ikan. Penangkapan secara destruktif menjadi pilihan yang cepat dan menghasilkan ikan yang banyak. Namun demikan, cara tersebut mengakibatkan kerusakan habitat ikan dan lingkungan laut semakin meningkat.
Sumber daya alam pulau-pulau kecil bila dipadukan dengan sumber daya manusia yang handal serta di dukung dengan IPTEK yang ditunjang dengan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan yang tepat bisa menjadi modal yang besar bagi pembangunan nasional. Peluang yang dimiliki adalah kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang potensial untuk ditumbuhkembangkan pendayagunaannya. Sumber daya alam pulau-pulau kecil mempunyai arti penting bagi kegiatan perikanan, konservasi dan preservasi lingkungan, wisata bahari dan kegiatan jasa lingkungan lain yang terkait.
Kabupaten Sumenep yang berada diujung timur Pulau Madura merupakan wilayah yang unik, karena terdiri wilayah daratan dengan pulau yang tersebar berjumlah 126 pulau ( berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep ) yang terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'-7°24' Lintang Selatan. Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Kabupaten Sumenep kaya akan Sumber daya Alam terutama Produksi Gas Bumi berdasarkan data kompas (1990) kandungan gas alam di kabupaten sumenep terutama di gugusan kepulauan Kangean (Kecamatan Sapeken) mencapai 250 juta kubik kaki gas per tahun untuk produksi selama 20 tahun. Pendapatan pengelola gas bumi dalam hal ni PT Kangean Energy Indonesia (KEI) tersebut menurut data harian Surya Indonesia (2007) Rp. 648.000.000.000 (enam ratus empat puluh delapan milyar rupiah) per tahun. Pengelolaan gas bumi oleh PT KEI masih menimbulkan soratan dari pemerhati lingkungan hidup terutama terkait dengan Analisa Mengenai Dampak Ligkungan (AMDAL), timbulnya penyakit gatal-gatal, kanker, sesak nafas sera penyakit lainnya yang diindikasikan dari limbah perusahaan yang dibuang kelaut, dan kurangnya air bersih serta transportasi aut sehingga daerah sekitar perusahaan mudah terisolasi.
Selain kekayaan alam yang melimpah tersebut potensi perikanan di Kabupaten Sumenep juga sangat besar Berdasarkan estimasi produksi, potensi sumber daya ikan di perairan laut Kabupaten Sumenep mampu menghasilkan per tahun sebesar 22.000 ton per tahun. Sedangkan menurut estimasi potensi sumber lestari dihitung 60% dari jumlah potensi yang ada atau 137.400 ton per tahun. Perkembangan produksi perikanan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani nelayan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha yang berorientasi pada agrobisnis. Produksi perikanan yang dicapai kabupaten Sumenep pada tahun 2009 untuk perikanan laut mencapai 44.900,2 ton per tahun atau 32,68% dari potensi lestari (mengalami peningkatan sebesar 10.09 % dari tahun sebelumya) dengan nilai produksi Rp. 169.553.210.000,-.Produksi perikanan tangkap di kecamatan sapeken merupakan yang terbesar di seluruh kabupaten sumenep, terutama untuk jenis ikan layang yang ditangkap dengan alat jaring dan pancing, jenis-jenis ikan yang ditangkap meliputi ikan karang (kakap dan kerapu), ikan layang dan tongkol. Sarana dan prasarana yang mendukung perikanan tangkap adalah pabrik es, keramba jaring apung (KJA) yang menampung ikan-ikan hidup.
Potensi yang dimiliki Kecamatan Sapeken tersebut meliputi penangkapan ikan di laut, budidaya, perdagangan dan pengolahan. Hasil penangkapan ikan di laut antara lain ikan karang, ikan hias, layang, kepiting, dan kerang. Usaha penangkapan ikan didukung oleh armada tangkap berupa perahu bermotor 2.399 unit yang terdapat di seluruh desa dan tidak bermotor 1.214 unit . Selain perikanan tangkap, bidang perikanan lainnya yang cukup berkembang yaitu budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan. Jenis budidaya perikanan yang terdapat di Kecamatan Sapeken adalah budidaya laut meliputi budidaya rumput laut (Pulau Sapeken), budidaya ikan karang (P. Sapeken, P. Sibatok, P. Saular dan P. Sadulang kecil), budidaya layang (P. Sapeken) dan budidaya mutiara (P. Sepangkur besar dan kecil, P. Sabuntan dan P. Paliat). Budidaya laut lainnya yang banyak terdapat di Kecamatan Sapeken adalah Budidaya penyu, budidaya kepiting (P. Sepangkur dan P. Sasil), budidaya mangrove (P. Bangkau) dan Budidaya terumbu karang (P. Saor).
Laut adalah salah satu tempat atau lingkungan yang mendapatkan imbas pengaruh dari kehidupan manusia. Karena memang di dalam laut ini terdapat beberapa hal yang dapat dimanfaatkan oleh manusia tersebut di dalam kehidupannya. Sehingga bisa saja dalam melakukan hal ini, manusia membuat kerusakan lingkungan laut. Yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan yang ada di laut adalah keadaan lingkungan laut yang menjadi rusak atau laut yang dalam keadaan tak seperti awalnya. Fungsi laut tak dapat lagi diambil atau dirasakan. Contoh dari keadaan lingkungan laut yang rusak ini adalah hilangnya terumbu karang dan hewan laut lain yang ada di dalam laut. Dengan hal ini, keadaan di dalam laut tak lagi menjadi hal yang indah dan menyenangkan untuk diamati oleh para penyelam.
Menurut penelitian Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada tahun 2005 kerusakan lingkungan laut di Kecamatan Sapeken mencapai 80%, Penyebab kerusakan lingkungan yang ada di laut di kecamatan sapeken ini kebanyakan juga dilakukan oleh tangan manusia. Misalnya seperti apa yang telah disebutkan di atas seperti rusaknya terumbu karang yang ada di laut adalah disebabkan oleh manusia yang ingin untuk mendapatkan keuntungan yang kebih dari laut tanpa mau melihat kerugian yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Contohnya adalah dengan menangkap ikan menggunakan dinamit, potasium dll atau yang bisa disebut dengan illegal fishing . Tentu saja hal ini akan membunuh semua ikan yang ada termasuk keberadaan dari terumbu karang di dalam laut tersebut. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana kelestarian dari laut itu sendiri. Jika terumbu karang rusak atau mati maka akan mengurangi keindahan laut atau menghilangkan tempat hidup bagi ikan-ikan yang ada. Sedangkan untuk kembali menghidupkan terumbu karang yang baru maka akan membutuhlan lebih banyak waktu lagi. Dampak dari illegal fisihing tersebut sangat merugikan bagi Nelayan Tradisional, sebelumnya tempat mereka melaut masih sekitar wilayah perairan kecamatan sapeken tetapi untuk sekarang jarak melaut Nelayan tradisional sampai bermil-mil jauhnya dan masuk wilayah perairan Raas dancMasalembu sehingga sangat berdampak terhadap mahalnya biaya operasional Nelayan Tradisional berbanding terbalik dengan hasil tangkapan ikan yang terus menurun.
Front Penyelamat Lingkungan (FPL) yang didirikan di Sapeken pada tanggal 21 Desember 2000, FPL memiliki tujuan yaitu membela hak-hak fundamental manusia, makhluk hidup dan lingkungannya, melindungi sumber daya alam yang mencakup hajat hidup orang banyak dari kepentingan manusia yang eksploitatif dan individualistik, memelihara azas ekonomi rakyat yang bersumber dari kekayaan alam. FPL banyak melakukan Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kerusakan lingkungan yang ada di laut adalah dengan meningkatkan kesadaran manusia akan usaha untuk menjaga kelestarian dari laut. Jangan sampai usaha untuk mencari nafkah atau mengambil manfaat dari laut itu sendiri justru akan merusakan keberadaan dari laut. Di sisi lain FPL terus mendorong pemerintah juga memiliki peran untuk melakukan edukasi mengenai hal ini kepada rakyat. Atau bahkan menjamin pemenuhan hak pemerolehan penghidupan yang lebih layak sehingga tak akan sampai untuk melakukan kegiatan kerusakan lingkungan laut, FPL juga menekan aparat kemanan
(Kepolisian dan Kamla) untuk berkomitmen menjaga keamanan laut dari tindakan perusakan. Dan FPL menggerakkan Kegiatan swadaya yang diinisiator oleh Tokoh Lingkungan Kecamatan Sapeken H. Moh Ali Daeng Sandre’ diikuti Himpunan Generasi Maritim Kecamatan Sapeken ( HGM) dan didukung Forpimka Kecamatan Sapeken, UPT Pendidikan Sapeken, UPT Puskesmas Sapeken, UPT SMP 1 Sapeken dan para pengusaha Kecamatan Sapeken untuk pencanangan ekspedisi menanam terumbu karang dan pohon mangrove di Kecamatan Sapeken yang dimulai dari pulau Bungin Saibus Desa Saur Saebus yang dipimpin langsung oleh Bupati Sumenep.
FPL seyogyanya hadir sebagai tanggung jawab bersama untuk menjaga dan menyatakan perang terhadap orang-orang yang akan membuat kerusakan di bumi ini (darat dan laut) untuk kebahagiaan dan masa depan anak cucu kita.

COMMENTS