Ilustrasi dari google.com Sebagai muslim sejati, saya tidak suka dengan kata-kata "lebih baik saya pilih non muslim tapi anti korupsi, ...
![]() |
| Ilustrasi dari google.com |
Sebagai muslim sejati, saya tidak suka dengan kata-kata "lebih baik saya pilih non muslim tapi anti korupsi, daripada orang muslim yang korupsi". Kata-kata tersebut sebenarnya telah mendeskriditkan sebagian tokoh dari kalangan muslim. Oleh karena itu, penulis menetapkan judul diatas sebagai perwakilan kalimat santun dari muslim berkarakter. Tidak semua pemimpin muslim di negeri ini korup. Masih banyak pemimpin-pemimpin muslim yang berjiwa jujur. Lantas kenapa kita masih bangga dengan tawaran anak kalimat " pemimpin non muslim anti korupsi". Muslim berkarakter tentu akan sangat bangganya memilih " pemimpin muslim tapi jujur". Karena bagi mereka jujur atau tidaknya, itu "ruang kesenjangan amanah dalam memimpin". Adapun muslim dan non muslimnya, itu "ruang keyakinan". Dalam ilmu aqidah " keyakinan" adalah sesuatu yang mutlak, yang tidak bisa digadaikan dengan hal apapun.
Kita hidup di negara muslim. Statistik kaum muslimin lebih tinggi daripada non muslim. Itu artinya alam demokrasi harus lebih pro ke kafilah kaum muslimin, karena penghuni kaum muslimin di negeri ini lebih tinggi nilai statistiknya dibandingkan non muslim. Tapi menjadi seorang pemimpin tidak cukup bermodalkan "saya muslim". Muslim juga wajib bermodalkan " Kekuatan dan Amanah".
Yang dimaksud dengan "kekuatan" kata Ibnu Taimiyyah adalah kemampuan yang harus di miliki seorang pemimpin di lapangan terhadap yang dipimpinnya. Ia mencontohkan seorang panglima perang harus memiliki keberanian dan pengetahuan strategi perang. Tanpa kedua hal itu, dia tidak akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pasukan tempur. Sementara, orang yang akan memangku amanah memimpin manusia harus mengetahui ilmu tentang keadilan. (Al-Siyasah Al-Syar'iyyah, 1998: 16)
Hubungan Islam dan politik, agama dan negara, Islam dan nasionalisme telah tuntas dibahas di tanah pertiwi ini. Artinya seluruh aspirasi umat Islam sudah ditampung rapi dalam kerangka NKRI. Sekarang yang menjadi trending topic " pemimpin muslim dan non muslim". Jika Indonesia negara yang banyak ditumpangi oleh para nahkoda kaum muslimin. Maka sangat wajar para tokoh agama berani pasang badan dengan memperjuangkan kalimat suci " pemimpin muslim harga mati". Karena bagi kita , pemimpin muslim ,100 % akan tetap memperhatikan kebutuhan agamanya. Sebaliknya, bagi pemimpin non muslim tentu 100% juga akan condong terhadap kebutuhan agamanya. Karena itu komitmen bagi masing-masing penganut agama. Itulah sebabnya, jika dalam satu negara jumlah kaum musliminnya lebih banyak sementara kepemimpinannya di pegang oleh non muslim maka sangat jelas nilai-nilai keislaman akan pudar sendirinya. Lihat kepemipinan soeharto, beliau dituduh sebagai komplotan PKI. Tapi hatinya tetap condong terhadap kepentingan islam. Karena beliau muslim. Gusdur dinobatkan sebagai bapak pluralisme. Dicurigai sebagai antek-antek amerika. Tapi rasa cinta beliau masih utah terhadap kepentingan islam. Megawati dimasa kepemimpinannya berbagai kritikan pedas dari para tokoh ulama. Bahwa wanita tidak pantas menjadi pemimpin negara. Tapi cita rasa beliau terhadap kepentingan islam tetap saja natural. Kemudian Ahok. Apa bentuk kepeduliannya terhadap Islam?.
Jika kepemimpin non muslim kita anggap adil dan amanah di negara muslim, tentu ada sisi lain yang harus kita telaah. Jangan karena adil dan amanah membuat kita percaya 100 %. Tidak semudah itu !. Karena setiap pemimpin membawa misi dan visi berbeda. Ingat dengan firman Allah.
" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al Baqarah: 120).
Jangan seperti Sayyid Ibn Thawus, (pendeta syi'ah) ketika bangsa Mongol menguasai Baghdad dan menjilat pemimpin mereka Hulago Khan.
Dia berkata: “Penguasa yang kafir tapi adil lebih afdhal daripada penguasa muslim yang zalim, Karena keadilan penguasa kafir yang adil adalah bagi kita pada saat dia berkuasa, sedangkan dosa kekafirannya adalah untuk dirinya sendiri. Sedangkan kezaliman penguasa muslim yang jahat adalah bagi kita saat dia berkuasa, sedangkan keislamannya adalah bagi dirinya sendiri".
Lantas, kriteria pemimpin seperti apa yang mau kita pilih?. Pilih pemimpin muslim yang jujur kah atau pilih pemimpin non muslim anti korupsi ?.
Penulis : Firdausi Nuzula

COMMENTS