Rasa lelah mungkin merupakan salah satu beban yang memberatkan langkah kerja keras dalam upaya melanjutkan nafas kehidupan, mengurus keluarga, mencari nafkah, memperjuangkan kebahagiaan dan menjalankan amanah. Rasa lelah mungkin menjadi tersendiri yang sering megundurkan semangat kita untuk terus berbuat dan bekerja. Karena, rasa lelah tentu saja membuat ketidaknyamanan bagi fisik, jiwa dan pikiran kita, yang selalu harus dalam kesegarannya menemani kerja keras.
Demikian pula lelah itu tampak di raut wajah Mbo Tik. Wanita Sepuh berumur kurang lebih 90 tahun, ia lahir di sapeken, kegiatan keseharian penjual petis yang terbuat dari ulekan ikan pindang. Mbo Tik lahir di jaman penjajahan. Jelas beliau buta huruf karena pada waktu itu sekolah dan belajar adalah dua aktifitas yang sedikit diminati. Dengan alasan " setinggi apapun pendidikan anak gadis tetap saja karir tertingginya kembali ke dapur". Sangking buta hurufnya tanggal dan tahun lahirpun di terka -terka. Jadi tanggal lahir yang di KTP tidak lagi asli.
Akan ada garis-garis yang tertarik dan saling beradu, tentang takdir dan penerimaan. Tentang protes dan kerelaan. Tidak mudah mengelola perasaan, bahwa ada pihak yang salah atas kondisi dirinya, tetapi tidak bisa dipersalahkan, karena bagaimanapun Mbo Tik tetap saja mensyukuri keadaannya sekalipun dari dulu sampai sekarang Mbo Tik mengarungi bahtera rumah tangganya dengan status ekonomi lemah. " kami bukan keluarga pas-pasan justru kami keluarga yang serba kekurang tapi rasa syukurlah yang menjadikan semuanya serba cukup, demikianlah nasehat Mbo Tik sambi menitikkan air mata. Dengan kehidupan yang serba kekurangan, pun beliau mampu menafkahi anak-anaknya sampai semuanya berumah tangga.
Di umur 90 tahun Mbo Tik tetap saja gigih dalam bekerja, kuat dalam beribadah. Sholat Dhuha , Qiyamullail sudah menjadi bagian rutinitas kehidupan beliau begitu pun puasa Senin-Kamis dilengkapi pula dengan Shaum Syawal. Baginya, umur sepuh tak menjadi alasan kita bermalas - malasan bekerja karena bekerja sebagain dari keluarga ibadah, antara bekerja dan ibadah adalah dua perlengkapan akhirat yang nantinya akan menghantarkan kita pada kampung halaman syurga.
Saat Ramadhan tiba pekerjaan mengurus dunia ia kurangi, beliau ingin lebih fokus beribadah. " 11 bulan kita disibukkan mengurus dunia, masa 1 bulan mengurus akhirat kita tak sanggup, Ujar Mbo Tik saat ditemui Portal Sapekan.
Menjadi wanita yang buta huruf rasanya ingin kembali seperti manusia yang tidak menjadi tua sampai penyesalan menggantikan impiannya. Mbo Tik ingin sekali pandai baca huruf, ingin pandai melantunkan ayat-ayat Allah dengan tartil hingga surah favorit Al-Ikhlas, An-Nash dan Al -Falaq tidak lagi menjadi hidangan keseharian bacaan sholat Fardhu dan Sunnah.
Perjuangan seorang ibu memang tak berhenti membuat kita berdecak kagum. Beruntunglah yang lahir dari rahim Ibu yang bisa baca. Lahir dari keluarga yang mungkin apa saja bisa terpenuhi. |
COMMENTS