*Life is an endless competition. We have to fight till the end time " tjiptadinata effendi - ilustrasi www.google.com Hidup penuh deng...
![]() |
| *Life is an endless competition. We have to fight till the end time " tjiptadinata effendi - ilustrasi www.google.com |
Hidup penuh dengan kompetisi. Bahkan dapat dikatakan bahwa ”Life is an endless competition”. Hidup adalah sebuah kompetisi tanpa akhir”. Secara garis besar, ada dua kompetisi yang harus dilalui, suka ataupun tidak suka, yakni internal kompetisi dan eksternal kompetisi
Kompetisi yang Bersifat Eksternal, misalnya berkompetisi dalam:
hal berbisnismenangguk rejekimencapai karirberebut jabatanPopularitas diri Kompetisi yang bersifat eksternal, dimana kita harus berhadapan dengan orang banyak. Bisa jadi yang menjadi saingan adalah orang yang sama sekali tidak kita kenal. Tapi tidak tertutup kemungkinan pesaing kita, justru adalah sahabat baik atau malah mungkin juga masih kerabat kita.
Kompetisi yang dilakukan secara jujur, dapat menjadi suatu hal yang positif. Karena menjadi motivasi bagi dirinya,untuk memaksimalkan inner power atau inner beauty yang ada dalam dirinya, untuk memenangkan kompetisi. Mendorong orang untuk selalu proakif dan konsisten dalam menata diri untuk meningkatkan seluruh daya daya hidup yang ada dalam diri untuk mencapai targetnya.
Menjadi motivasi diri untuk tidak pernah berhenti belajar dan meningkatkan pemahaman dan pemantapan sesuai dengan bidang yang “diperebutkan” dan setelah mampu memenangkan kompetisi, maka lahirkan kepuasan batin dalam diri kita. Misalnya ketika kita sudah menjadi juara dalam lomba maraton atau sudah menjadi juara dalam kompetisi menulis.
Kompetisi yang Paling Berat Adalah Melawan Diri SendiriTetapi sebenarnya kompetisi yang paling sulit adalah melawan diri sendiri, karena didalam diri kita ada banyak lawan lawan tangguh,yang tidak mudah dikalahkan.
Kompetisi melawan :
egoismefanatisme kemalasankesombongankemarahankeserakahanKompetisi melawan diri sendiri tidak mengenal waktu dan tidak mengenal bidang yang menjadi arena kompetisi. Kompetisi melawan diri sendiri, memberikan kita kesadaran diri untuk selalu berpacu memperkuat sikap mental untuk dapat mengalahkan semua lawan-lawan yang ada di dalam diri kita.
Salah satu contoh adalah egoisme yang tidak hanya terjadi terhadap diri kita dan orang lain, tetapi juga egoisme yang dilakukan didalam keluarga sendiri. Kita yang seharusnya menciptakan kedamaian didalam kehidupan berumah tangga, justru menghancurkannya akibat egoisme yang secara sadar ataupun tidak, telah terjadi dan berlangsung dari waktu ke waktu.
Ingin selalu dilayaniIngin selalu dipahamiIngin selalu di nomor satukanIngin selalu menjadi sumber perhatianIngin selalu didengarkanIngin selalu dimaafkan
Mengubah sikap mental,dengan mengubah cara berpikir,yakni:mengapa bukan saya yang melayaniMengapa bukan saya yang mulai memahamiMengapa bukan saya yang memberikan perhatianMengapa bukan saya yang mulai mendengarkanMengapa bukan saya yang mulai memaafkanIni baru satu contoh saja, betapai melawan diri sendiri itu ,jauh lebih sulit dan berat,ketimbang harus berkompetisi mengalahkan orang lain.Karena bilamana kita sudah mampu mengalahkan diri sendiri,maka berarti kita sudah memasukki tahap aktualisasi diri. Kondisi ini adakan menghadirkan dalam diri kita :
rasa percaya diri yang tinggikharisma secara alami dalam diritampil primatekad untuk tidak pernah menyerah.Bilamana kondisi ini sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka akan membuka peluang yang sebesar-besarnya ,untuk dapat mencapai impian demi impian yang sudah dirancang selama ini. Karena itu, sebelum berkompetisi melawan orang lain, mulailah terlebih dulu dengan mengalahkan diri sendiri. Sesungguhnya kemenangan yang sejati, adalah ketika orang sudah mampu mengalahkan dirinya sendiri.
Penulis: Tjiptadinata Effendi

COMMENTS